The Year of

The Year of NEW OPPORTUNITIES 2014.....The Year of NEW OPPORTUNITIES 2014.....The Year of NEW OPPORTUNITIES 2014

KINGDOM MESSIANIC



LITBANG KM  
 phone:


KM.NARWASTU
G KM:Ricky Sanjaya
di
FA :                  WL :
 phone:

KM. SIMEON
G KM :
di
FA :                  WL : 
phone:

KM. LEWI
G KM :
di
FA :                  WL : 
phone:

KM. YEHUDA
GKM :
di
FA :                  WL : 
 phone:
KM. ISHAKHAR
G KM :
di
FA :                  WL : 
phone:


KM. ZEBULON
G KM :
di
FA :                  WL : 
phone:

KM. DAN
G KM :
di
FA :                  WL : 
phone:

KM. NAFTALI
G KM :
di
FA :                  WL : 
phone :

KM. GAD
G KM :
di
FA :                  WL : 
phone :

KM. ASYER
G KM :
di
FA :                  WL : 
phone :

KM. YUSUF

G KM :
di
FA :                  WL : 
phone :
 KM. BENYAMIN
G KM :
di
FA :                  WL : 
phone :

KM. PRO M
G KM :
di
FA :                  WL : 
phone :

KM. P2W
G KM :
di
FA :                  WL : 
phone :




Ibadah KOMSEL
Kepada Anggota Jemaat agar terlibat aktif pada setiap KM
Di wilayah masing-masing:

Melalui KomSel:
Kita akan:
BERTUMBUH - BERSAKSI- MENANGKAN JIWA




 

The Foolish Wise Man






Salomo adalah salah satu raja yang terkenal oleh kekayaam dan kebijaksanaannya, namun di akhir hidupnya ia menulis bahwa segala sesuatunya adalah sia-sia. Salomo mengawali kekuasaan kerajaanNya dengan meminta hikmat namun mengakhirinya dengan kedagingan, sehingga mendapat julukan ‘orang bijaksana yang bodoh’ (the foolish wise man). Kita dapat belajar sesuatu dari Salomo, supaya saat kita dipromosikan Tuhan, kita tidak menjadi lupa akan peringatan Tuhan, dan dapat mengakhirinya dengan baik (finish well).
Ulangan 17:14-20 berkisah tentang bangsa Israel yang bersikeras mengangkat seorang raja atas kaum mereka, dan Allah mengabulkannya dengan memberikan peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan oleh sang raja. Salah satunya adalah dengan harus menulis salinan kitab-kitab Taurat (Ulangan 17:18,19), supaya raja ini takut akan Allah. Sebelumnya Tuhan memerintahkan bahwa raja tidak boleh memperkaya dirinya, termasuk memperkaya diri dengan kuda (lambang kekuasaan, harta kekayaan) dan memiliki banyak istri. Namun, kita tahu bahwa pada akhirnya, Salomo melanggar aturan yang telah diberikan oleh Allah tersebut.
Seseorang dapat dilihat tingkat kehidupannya dengan membandingkan yang telah dilakukannya kepada Tuhan dengan yang dilakukan untuk dirinya sendiri. Salomo membangun bait Allah selama 7 tahun dengan bahan yang terbaik. Namun dia juga membangun istana untuk dirinya selama 13 tahun, dua kali lipat dari waktu yang diberikannya untuk Allah. Kita perlu berkaca pada berapa banyak waktu dan keuangan yang kita pakai untuk diri kita sendiri disbanding dengan apa yang kita berikan bagi Tuhan.
Salomo tidak puas dengan memiliki seorang istri, ia memiliki tujuh ratus istri dan tiga ratus selir. Dan semuanya itu adalah wanita yang tidak mengenal Allah, yang membuat dia mencondongkan hatinya jauh daripada Tuhan.
Kuda adalah lambang kekuasaan, Salomo melawan perintah Allah dengan memiliki seribu ekor kuda. Alkitab menuliskan bahwa Allah tidak menyenangi kegagahan kuda dan kaki laki-laki (Mazmur 147:10). Kesemuanya ini menggambarkan kekuatan dan kegagahan manusia. Artinya, Tuhan tidak senang apabila kita mengandalkan kekuatan kita sendiri.
Pada akhir hidupnya, Salomo melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan Tuhan atas seorang raja. Ia membangun bagi dirinya sendiri gedung-gedung, memiliki ribuan kuda dan keretanya, serta memiliki banyak istri dan selir. Semua yang menyenangkan hati dan kedagingannya dilakukan, meski dia tahu itu melanggar perintah dari Tuhan.
Salomo begitu kaya dan memiliki banyak emas. Emas yang dikumpulkan bagi Salomo berjumlah ribuan kilogram. Namun, ketika kekayaan itu datang, Salomo mulai berkompromi. Dia mulai mengambil putri Firaun menjadi istrinya dengan bertujuan membuat aliansi dengan raja Mesir untuk mengokohkan kerajaannya (1 Raja-raja 3:1-2). Hatinya mulai berbelok walau masih menunjukkan kasihnya kepada Tuhan (1 Raja-raja 3:3). Salomo berpikir bahwa tidak apa berkompromi asal mempersembahkan korban bakaran yang banyak (2 Tawarikh 8:11-13).
Pengkhotbah 2:10 berkata, “Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku.” Sementara Yesus Kristus berkata bahwa kita harus pikul salib, dan menyangkal diri.
Seringkali ketika ujian kekayaan itu datang, kita menjadi lupa diri. Pepatah mengatakan bahwa ujian yang terberat dalam hidup adalah P-ujian, alias pujian. Kita tahu bahwa Tuhan akan mengangkat kita kepada kemuliaan. Itu berarti bahwa ‘destiny’ kita adalah diberkati, untuk dibawa ke dalam kemuliaan. Namun, ketika semuanya itu sudah terjadi, jangan kita tergelincir dan melupakan Tuhan seperti Salomo. Manusia jatuh sering hanya karena kerikil kecil dan bukan batu besar. Karena itu, kita tidak boleh membiarkan diri kita melenceng barang satu derajatpun.
Alkitab menuliskan 1 Raja-raja 10:26;11:10: Karena para istrinya, Salomo mencondongkan hatinya kepada ilah-ilah mereka. Tuhan memberikan keamanan, kekayaan kepada Salomo, namun Salomo membalasnya dengan mendukakan hati Tuhan.
Kita perlu memeriksa diri kita, apakah diri kita bergantung kepada kuda, kekuasaan, kekayaan? Apakah kita bergantung kepada orang-orang kuat yang ada di sekitar kita? Atau, kita mulai mencondongkan diri kita kepada ilah lain karena wanita Mesir? Sebaiknyalah kita menyiapkan diri kita mulai dari sekarang, sebab hal-hal yang kecil nantinya dapat menjatuhkan kita saat diberkati. Belajarlah dari pengalaman Salomo. Jangan sampai kita mengawali hidup dengan baik namun mengakhirinya dengan kedagingan. Tuhan Tesus memberkati.

Pdt. Dr. Timotius Arifin Tedjasukmana

10-08-14



Pojok Joke......!!!

 

Perilaku aneh para pendengar Kotbah

Ada banyak pemandangan menarik dari atas mimbar. Pengkhotbah yang berdiri di mimbar mempunyai posisi paling strategis untuk mengamati perilaku jemaat. Sepanjang beberapa tahun pelayanan sebagai pengkhotbah, saya menjumpai beberapa perilaku unik para pendengar khotbah. Para Pendengar khotbah dapat dibagi dalam beberapa tipe :




1. Pendengar Serius

Para pendengar serius ditandai dengan mata yang memelototi pengkhotbah, bergantian dengan memelototi buku catatannya. Dengan pena ditangan, mereka mencatat poin-poin khotbah. Para pendengar serius ini perlu diwaspadai karena mereka mengingat betul khotbah Anda, juga ilustrasi-ilustrasi Anda. Jangan coba-coba mengulang khotbah yang sama di hadapan mereka. Mereka akan menunjukkan bukti kemalasan persiapan Anda dengan segudang catatan khotbahnya, kalau Anda nekad mengulang khotbah yang sama. Kadangkala mereka juga membawa Alkitab yang ada penuntun studinya. Mereka akan langsung mengecek dan menentukan posisi teologis Anda dari khotbah yang mereka dengar. Seusai kebaktian, kadangkala mereka menyalami pengkhotbah dengan tersenyum sambil berkata," Oh ... jadi bapak penganut premillenium pretribulasi ya? Kalau Anda tidak paham dengan istilah barusan ini, berarti Anda bukan tipe pendengar sejenis ini. Posisi tempat duduk mereka di bagian tengah agak depan


2. Pendengar Ngantukan
Para pendengar ngantukan ini ditandai dengan kepala yang berulangkali tertunduk. Sekilas sepertinya mengaminkan khotbah, tetapi jelas ada bedanya. Ketika mereka berulangkali tertunduk tidak jarang ada sedikit air liur yang mengalir lewat sudut bibir mereka. Ih ... rada jijay juga deh. Jangan tanyakan kepada mereka apa yang sudah Anda khotbahkan, bisa jadi mereka juga tidak ingat kalau lagi di gereja. Tempat favorit pendengar tipe ini adalah bagian pojok belakang. Pendengar tipe ini perlu diwaspadai mengingat bahaya kepala terbentur kursi di depannya, karena terlalu bersemangat menganggukkan kepala. Tipe ini adalah jenis orang yang mengalami mukjizat damai sejahtera di gereja. Tidak jarang mereka mengaku sulit tidur di rumah, tetapi begitu mendengarkan khotbah langsung zzz ....zzz .....

3. Pendengar Cerdas
Para pendengar tipe ini pasti mempunyai intelegensia di atas rata-rata, bahkan terbilang sangat cerdas. Buktinya mereka sanggup mendengarkan khotbah sambil baca warta, sambil mainan hape, atau sambil ngobrol dengan sebelahnya. Kemampuan melakukan beberapa aktivitas sekaligus ini sambil mendengarkan khotbah ini menunjukkan tingkat kecerdasan mereka. Karena mereka adalah orang-orang cerdas, maka mereka kesulitan untuk menaruh respek kepada orang yang tidak secerdas diri mereka, seperti misalnya pada sang pengkhotbah. Karena itu, jangan bertanya kepada mereka apa yang baru saja dikhotbahkan. Tips untuk menghadapi tipe ini sangat sederhana saja : sebagai pengkhotbah sambil menatap tajam mereka, Anda berkata dengan lantang," Ketika Tuhan berbicara saat ini, Iblis sibuk bermain hape, baca warta dan ngobrol sendiri." Coba aja kalau Anda cukup punya urapan untuk melakukan ini, tanpa membuat pendengar Anda sakit hati.

4. Pendengar Humoris
Tipe ini ditandai dengan kemampuan tertawa dengan cepat dan keras. Kehadiran mereka dibutuhkan untuk menyegarkan suasana. Tapi masalahnya, kadangkala saking cepatnya mereka tertawa, mereka tidak tahu apa yang ditertawakan. Anda yang berkhotbah pun bingung apanya yang lucu. Seringkali mereka memasang wajah cemberut, khususnya ketika Anda mulai berkhotbah tentang doktrin dengan istilah yang sulit-sulit. Bagi pendengar tipe ini, khotbah Anda dinilai bagus apabila Anda bisa menyaingi Eko Patrio, Thukul Arwana, atau Jojon. Posisi tempat duduk mereka sangat ditentukan reputasi pengkhotbah. Maksudnya kalau ada pengkhotbah yang punya reputasi tambahan sebagai pelawak, maka mereka akan duduk di depan.

5. Pendengar Asongan
Tas atau kantung pendengar tipe ini dipenuhi dengan beberapa jenis permen yang siap diasongkan ke pendengar lain, selama khotbah berlangsung. Bunyi-bunyi yang ada di sekitar mereka adalah bunyi plastik bungkus permen dibuka, kaleng permen kecil jatuh. Mereka juga seringkali bermain mata untuk menawarkan permennya ke pendengar yang lain. Kalau orang-orang di sekeliling mereka terganggu dengan bunyi-bunyi ini, mereka akan berdehem-dehem memberi kesan kalau tenggorokan mereka sakit dan membutuhkan permen untuk menenangkannya. Kriteris apakah khotbah Anda bagus dan menarik, bisa Anda lihat dari respons mereka. Ketika mereka tidak lagi mengasongkan permen atau sibuk membuka bungkus plastik permen, tetapi memandang Anda dengan kekaguman seperti seorang anak dibawa ke toko permen yang besar, maka Anda khotbah Anda cukup menarik baginya. Tempat duduk mereka ditandai dengan berterbarannya bungkus permen yang ditinggalkan sembarangan setelah kebaktian.


Apakah Anda termasuk salah satu tipe di atas? Tidak? Adakah tipe-tipe unik lainnya? Pasti ada deh. Atau silakan Anda tambahkan sendiri di bagian comment di bawah tulisan ini. Lain kali disambung deh dengan perilaku aneh pengkhotbah di mimbar.

Suara Gembala Minggu III Agustus 2014

The Attitude In Generosity

The Attitude In Generosity

I Tawarikh 29 : 1-9 , 26-30
Ada dua raja yang lamanya memerintah sama dengan raja Daud, yang pertama adalah raja Saul, kedua adalah raja Daud sendiri, dan yang ketiga adalah raja Salomo. Mereka memerintah selama empat puluh tahun lamanya.
Tetapi ada perbedaan cara memerintah dari ke tiga raja itu.
Kisah Rasul 13 : 22
Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan : Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku. Ada perbedaan antara Daud dan Salomo, karena yang bisa menyelesaikan pembangunan bait Allah adalah Salomo. Tetapi jika kita berbicara tentang Saul, dia memerintah selama empat puluh tahun, tetapi selama empat puluh tahun pemerintahannya, Saul tidak pernah memakai kehidupannya untuk menyenangkan hati Tuhan. Saul dalam masa pemerintahannya selalu berbuat untuk menyenangkan dirinya sendiri, sekalipun Saul pernah memberi dalam jumlah yang besar kepada Tuhan. Jangan pernah kita berpikir, jika kita memberi dalam jumlah yang besar maka itu sudah menyenangkan hati Tuhan. Biarlah kita menyadari bahwa hidup kita itu harus menyenangkan hati Tuhan. Kalau hidup kita menyenangkan hati Tuhan, masa depan kita pasti dijamin oleh Tuhan karena kehidupan kita ada di tangan-Nya. Selama pemerintahan Salomo selama empat puluh tahun, dua puluh enam tahun dipakai untuk membangun istananya sendiri, dan dua belas tahun digunakan untuk membangun bait Allah. Kita belum pernah melihat sampai sekarang ada bangunan bait Allah atau bangunan gereja yang dibangun seindah dan semewah yang dibangun Salomo pada waktu itu. Tetapi Daud dalam masa pemerintahannya selama empat puluh tahun, Daud tidak pernah seharipun memerintah untuk kepentingan dan kesenangan dirinya sendiri. Apa yang dialami oleh Salomo itu adalah warisan dari Daud.
Akhir dari hidup Daud itu menyenangkan.
I Tawarikh 29 : 28, Kemudian matilah ia pada waktu telah putih rambutnya, lanjut umurnya, penuh kekayaan dan kemuliaan, kemudian naik rajalah Salomo, anaknya, menggantikan dia. Daud menyiapkan warisan bagi Salomo. Mengapa Tuhan berkata : “Aku telah mendapatkan Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku…, karena sepanjang empat puluh tahun dalam masa pemerintahannya Daud tidak pernah mencuri kehidupannya, kemuliannya, untuk kepentingan dirinya sendiri. Daud itu memberi, I Tawarikh 29 : 3b-4, …aku dengan ini memberikan kepada rumah Allahku dari emas dan perak kepunyaanku sendiri, tiga ribu talenta emas dari emas Ofir dan tujuh ribu talenta perak murni untuk menyalut dinding ruangan. Daud memberi secara pribadi untuk pembangunan rumah Tuhan, karena bangsa Israel melihat sikap Daud, mereka juga ikut memberi untuk pembangunan itu.
I Tawarikh 29 : 7, Mereka menyerahkan untuk ibadah di rumah Allah lima ribu talenta emas dan sepuluh ribu dirham, sepuluh ribu talenta perak dan delapan belas ribu talenta tembaga serta seratus ribu talenta besi. Kita dapat melihat bahwa Daud sebagai pemimpin tidak hanya bisa berbicara tanpa perbuatan, Daud melakukan suatu perbuatan yaitu memberi harta bendanya untuk pembangunan rumah Tuhan.
Kita dapat belajar dari Daud tentang hal “memberi”. Bagaimana sikap Daud pada saat dia “memberi” …?
  1. Daud memberi dalam keadaan susah.
    I Tawarikh 29 : 2a
    Dengan segenap kemampuan aku telah mengadakan persediaan untuk rumah Allahku…
    Mungkin kita berpikir bahwa Daud itu memberi dalam keadaan yang berkelimpahan. Kita dapat melakukannya dengan sangat mudah jika kita memberi pada saat kita dalam keadaan yang berlimpah-limpah. Tetapi bagaimana dengan keadaan Daud pada saat dia memberi kepada Tuhan ? I Tawarikh 22 : 14, Sesungguhnya, sekalipun dalam kesusahan, aku telah menyediakan untuk rumah TUHAN itu seratus ribu talenta emas dan sejuta talenta perak dan sangat banyak tembaga dan besi, sehingga beratnya tidak tertimbang, juga aku telah menyediakan kayu dan batu…
    Daud memberi untuk pembangunan rumah Tuhan itu, pada saat Daud di dalam keadaan susah. Banyak orang berfokus kepada dirinya sendiri. Tetapi firman Tuhan mengajarkan kepada kita, jika kita mau mengalami berkat-berkat Tuhan, kita harus berani untuk “memberi” kepada Tuhan pada saat kita di dalam keadaan susah. Pusatkan seluruh kehidupan kita hanya kepada Tuhan, maka kita akan melihat berkat-berkat Tuhan akan turun di dalam kehidupan kita.
  2. Daud memberi karena cinta.
    I Tawarikh 29 : 3a
    Lagipula oleh karena cintaku kepada rumah Allahku…
    Cinta itu dapat diekspresikan dengan cara “memberi”, Daud memberi karena Daud memiliki rasa cinta. Sebagai contoh, ketika Yesus melakukan perjalanan DIA tidak suka tinggal di Yerusalem,Yesus lebih suka tinggal di Betania. Betania adalah sebuah desa dan jaraknya empat mil dari Yerusalem. Yesus tinggal di Betania bukan karena keadaan rumahnya, tetapi keluarga yang tinggal di situ ( Maria, Marta, dan Lazarus ) adalah keluarga yang mencintai Yesus. Alkitab berkata, …karena cintaku kepada rumah Allahku…Pada waktu pemerintahannya, Daud tidak memunyai bait Allah satupun.
    Tetapi Daud melihat jauh ke depan, dia tidak melihat keadaan pada saat itu. Jika kita “memberi”, jangan pernah melihat keadaan kita sekarang atau hari ini. Tetapi ketika kita “memberi” kita harus “memberi karena cinta”. dan percayalah, Tuhan sudah mempersiapkan perkara-perkara dan berkat-berkat-Nya yang besar untuk setiap kita.
  3. Daud memberi dengan ketulusan hati.
    I Tawarikh 29 : 17
    Aku tahu, ya Allahku, bahwa Engkau adalah penguji hati dan berkenan kepada keikhlasan, maka aku pun mempersembahkan semuanya itu dengan sukarela dan tulus ikhlas. Dan sekarang, umat-Mu yang hadir di sini telah kulihat memberikan persembahan sukarela kepada-Mu dengan sukacita.
    Ayat di atas menjelaskan kepada kita, bahwa pada saat Daud “memberi” dia melakukannya dengan ketulusan hati. Ketika kita “memberi” kita ini diuji oleh Tuhan, kita “memberi” dengan tulus dan rela atau tidak ?
    Karena ada banyak orang yang “memberi” dengan tujuan dan maksud tertentu. Jika kita “memberi” dengan cara seperti itu, kita tidak akan menerima berkat-berkat dari Tuhan.
    Pada saat Yesus sedang duduk dan memperhatikan banyak orang yang sedang memberi persembahan, Yesus melihat ada orang yang sangat kaya dan seorang janda miskin.
    Orang kaya itu memberi persembahan yang banyak, tetapi seorang janda miskin itu hanya memberi dua peser yaitu satu duit ke dalam peti persembahan itu. Markus 12 : 41-42, Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Dalam jumlah, persembahan janda miskin ini kalah dengan jumlah persembahan orang kaya itu. Markus 12 : 43, Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
    Yesus tidak melihat jumlah nominal yang dipersembahkan, tetapi Yesus melihat ketulusan hati dari janda miskin itu pada waktu dia memberikan persembahanya. Ada banyak orang “memberi” agar orang itu menjadi terkenal, orang itu mempunyai motifasi yang salah dalam hal “memberi”. Kita harus memiliki ketulusan hati pada saat kita “memberi”, maka kita akan melihat dan merasakan berkat-berkat Tuhan akan dilimpahkan di dalam kehidupan kita.
  4. Daud memberi disertai kesadaran.
    I Tawarikh 29 : 14
    Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu.
    Daud sadar bahwa apa yang diberikannya itu semua datangnya dari Tuhan semata-mata.Tetapi banyak dari kita tidak menyadari akan hal ini, kita berpikir apa yang kita berikan itu berasal dari usaha dan kerja keras kita sendiri. Yang kita perlu tahu adalah, jangan pernah kita “memberi” karena keringat ( kerja dengan susah payah ), karena keringat adalah lambang kutuk di dalam Alkitab. Karena hidup kita tidak ditentukan oleh keringat tetapi ditentukan oleh berkat Tuhan. Amsal 10 : 22, Berkat TUHAN lah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya. Kalau kita hendak “memberi”, kita harus “memberi” disertai dengan kesadaran bahwa semua yang ada pada kita, apa saja yang kita miliki, semuanya itu datangnya dari Tuhan.
  5. Milikilah empat dasar dalam hal “memberi”, maka Tuhan akan berkenan dengan persembahan kita dan kita akan menerima segala berkat-berkat-Nya yang luar biasa di dalam kehidupan kita.
    Tuhan Yesus Memberkati.

    Pdt. Daniel Pingardi
    Sep 13, 2009

Jesus Lifestyle

Jesus Lifestyle

Dalam kitab Wahyu 3: 8, dikatakan, “Lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.” Tuhan itu sebenarnya telah membuka pintu bagi kita yang tidak dapat tutup. Kesempatan itu sudah Tuhan bukakan. Kita percaya bahwa dalam kesempatan pasti ada kejutan yang menyenangkan. Karena itu kita perlu momentum.
Momentum, dalam kamus bahasa Indonesia adalah saat yang tepat. Alkitab katakan kalau di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari (2 Pe 3:8). Kita tidak tahu kapan momentum itu datang, namun bersiaplah. Yang terutama sebelum itu kita harus mengasihi Allah supaya kita dikenal-Nya (1 Kor. 8:3) dan memiliki gaya hidup seperti Yesus. Seperti apakah gaya hidup itu?
1. Mengambil Keputusan untuk berubah.
Ada aturan yang kita kenal dengan “hukum suddenly”. Itu berbicara tentang sebuah perubahan yang terjadi. Di kitab Hakim-hakim 11:9-11, Yefta anak seorang sundal anak dari perempuan lain tidak mendapatkan warisan dari bapanya. Dia diusir lalu bergabung dengan barisan sakit hati hati, tapi suddenly (tiba-tiba) dia diangkat sebagai kepala dan panglima. Bukti dia di kenal sama Tuhan adalah dia membawa perkara itu kepada Tuhan di mezbah. Bukti bahwa dia mengambil keputusan untuk berubah. Yefta tertolak tapi dia mengambil keputusan untuk memaafkan dan melupakan.
2. Jangan menunda kesempatan.
Wahyu 3:20 menyatakan bahwa setiap detik Tuhan mengetuk pintu hati kita untuk berpesta dengan Tuhan. Dia mau makan bersama sama. Dan cara Tuhan mau masuk ke dalam hidup kita adalah dengan ketukan bukan paksaan (mendobrak pintu). Tuhan mempersilahkan kehendak bebas kita yang menentukan. Ketika saat ini tiba, jangan tunda lagi. Bukalah pintu buat Yesus masuk. Menunda kesempatan adalah cara alami membunuh kesempatan. Tidak ada yang lebih mahal dari kesempatan yang terlewatkan.
3. Bekerja Keras.
Ef 4:28 menegaskan bahwa kita harus bekerja keras. Kalau kita masuk dalam dunia kerja, bekerjalah berdasarkan nilai-nilai kebenaran. Jangan kerja dengan mengikuti cara-cara cara dunia. Kalau tidak, kita tidak akan menemukan momentum dalam hidup kita. Sebuah kutipan menyatakan begini: Luck is a point, where hardwork meet apportunity. Intinya adalah, orang yang bekerja keras itulah yang mendapatkan kesempatan dan momentum.
4. Memiliki Hikmat.
Mazmur 19:8, “Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya.” Tuhan itu memberikan hikmat pada orang yang tak berpengalaman. Kita harus selalu penuh hikmat. Dari Firman Tuhan, perlu dibaca, direnungkan , direnungkan dan dilakukan. Karena itu kalau Anda ke gereja, jangan lupa bawa catatan. Supaya apa yang Anda dapatkan di gereja tidak hilang begitu saja. Anda bisa membuka kembali catatan-catatan itu. Ingatlah bahwa pengetahuan itu bisa didapat, tapi hikmat itu datangnya dari Tuhan. Orang yang penuh hikmat itulah yang mengerti momentum Tuhan.
Bagaimana keputusan Anda hari ini? Masihkah merindukan menemukan momentum Tuhan dalam hidup Anda? milikilah gaya hidup Yesus!

Pdt. Eluzai Frengky Utana
May 28, 2014

Attitude That Bring Momentum

Attitude That Bring Momentum 

Momentum berbicara tentang pergerakan. Gereja yang berada dalam momentum pasti berada dalam pergerakan. Kita adalah orang-orang yang tidak hidup di masa lalu, tetapi kita hidup di masa sekarang dan apa yang kita buat ini akan menentukan yang kita lakukan di masa depan. Namun juga harus didukung dengan sikap (attitude) yang baik.
Kita belajar dari satu pribadi yang banyak menginspirasi kehidupan orang Kristen yaitu Daud (1 Samuel 17:12-17). Ada beberapa fakta penting mengenai hal ini:
1. Ada peperangan di sekitar kita.
Di sekitar tempat Daud pasukan Israel sedang berperang melawan Filistin. Kehidupan kita dalam Tuhan selalu mengalami pertempuran. Kita berhenti mengalami masalah dalam hidup kita ketika kita bertemu dengan Yesus. Makanya ketika kita bangun pagi kita sudah harus siap untuk masuk hari ini dan melewati setiap hal yang terjadi dalam hidup kita.
2. Kita bisa setiap saat terlibat dalam peperangan itu.
Daud pasti tidak menyangka kalau hari itu dia akan ke medan pertempuran. Saat kita berada di zona ini, ketika ada Yesus maka iblis tidak bisa menyentuh kita. Namun Tuhan pasti bersama dengan kita.
3. Bagaimana sikap kita dalam pertempuran itu akan membawa kita kepada suatu momentum yang dahsyat dalam hidup kita. Dalam setiap pertempuran itu ada potensi di mana kita berada dalam momentum Tuhan. Waktu Daud hadir di medan perang, dia tidak sombong dan angkuh tetapi dia tetap mengarahkan diri buat Tuhan. Kita harus punya attitude yang benar untuk menangkap momentum itu.
Sikap Daud sesudah dan sebelum momentum:
1. Ada ketundukan dan ketaatan dalam hidup Daud (ay. 20).
Ketundukan menghasilkan keteraturan. Daud melakukan seperti yang bapaknya suruh dan dia bertanggung jawab. Ketundukan (submissioan) berbicara tentang menundukan diri pada apa yang ada di atas kita. Apapun yang kita kerjakan di dalamnya, jika ada agenda pribadi maka semua itu akan hancur. Sebab ketundukan menghasilkan keteraturan. Sebelum Daud masuk medan perang dia selalu bertanya kepada Tuhan. Karena itulah mengapa Daud disebut sebagai orang yang berkenan di mata Tuhan.
2. Ada kegairahan yang nyata dari diri Daud (ay 26).
‘Antusiame itu mengubah dunia’. Antusiasme itu sumber dari sebuah perjuangan dan tanpa itu tidak ada sesuatu yang besar yang bisa kita capai. Antusiasme dalam Daud membunuh seorang mesin perang Filistin, Goliat. Daud adalah seorang pemberani dan dunia ini milik orang-orang yang berani.
3. Ada keberanian dalam kehidupan Daud (ay 34-37)
Keberhasilan bukanlah final. Kekalahan itu tidak fatal adalah keberanian untuk melanjutkan itu yang masuk hitungan. Semua pahlawan iman adalah orang yang berani yang tahu Tuhan menyertai mereka. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego berketatapan tidak mau menyembah patung. Dan memang Tuhan melepaskan mereka tetapi sekalipun tidak ditolong mereka akan tetap mengasihi Tuhan.
4. Ada kesiapan dan keterandalan pada diri Daud (ay 38-39).
Daud sudah latihan dan dipersiapkan oleh Tuhan. Seringkali kita selalu merasa kurang, dan tidak ada kesiapan. Jadi ketika momentum itu datang maka kita tidak siap. Ada ketulusan dan keaslian dalam diri Daud (ay 38-39). Jangan pernah jadi orang lain. Lebih baik murah tapi asli daripada tiruan. Kita lebih baik tampil apa adanya.
5. Ada ketergantungan sepenuhnya kepada Tuhan (ay 43-45).
Musuh mencoba menintimidasi Daud. Namun Daud mempunyai motto: kalau Tuhan di pihakku siapakah lawanku? Artinya Daud menyerahkan sepenuhnya hidupnya kepada Allah dan dia mengandalkan Tuhan sepenuhnya.

Pdt. Daniel Januar Tanudjaja
Jun 11, 2014

Perhatikan Hal yang Kecil

Perhatikan Hal yang Kecil 

“Markus 6:45 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan merekapun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan anginpun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil” (Markus 6:45-52).
Dalam masa kampanye yang ditawarkan pemerintahan yang baru. Ketika Yesus datang ke bumi, yang ditawarkan adalah kerajaan baru dan Yesus yang menjadi Rajanya. Dan Raja ini mempedulikan kebutuhan kita. Misalnya, saat Dia memberi makan ribuan orang dengan modal lima roti dan dua ikan. Sebelum Dia menggandakan makanan itu Dia mengucap syukur kepada Bapa.
Kita bisa belajar mengucap syukur dari hal-hal yang kecil untuk mengenal kesetiaan Tuhan. Kita bisa mengucap syukur untuk hal-hal yang sederhana.
Di ayat itu juga dikatakan bahwa Yesus berkata kepada murid-muridnya, supaya mereka yang harus memberi orang banyak itu makan. Tuhan Yesus berkata bukan Musa yang memberikan roti di padang belantara tapi Bapa surgawi. Dan Yesus adalah Roti Hidup itu yang tidak akan membuat orang lapar lagi.
Peristiwa di pembacaan ayat hari ini diawali ketika Yesus memerintahkan murid-murid-Nya ke gunung untuk berdoa. Jika Yesus yang memerintahkan, maka Yesus yang bertanggung jawab. Ketika hari sudah malam mereka sudah susah payah mendayung, jam 3 pagi yesus datang berjalan di atas air seolah-olah ingin melewati mereka. Manusia memang tidak terbiasa dengan kegoncangan. Kita ingat bagaimana malaikat pembinasa akan membinasakan semua anak sulung yang ada di Mesir, mulai dari anak Firaun sampai anak sulung hamba, tetapi orang Israel mengambil seekor domba dan darahnya disapukan di ambang pintu. Saat goncangan seperti ini terjadi, anak Tuhan terpelihara.
Waktu mereka keluar dari Mesir, Tuhan memberikan perlindungan tiang awan di waktu siang dan tiang api di waktu malam. Dan Tuhan juga sengaja menuntun mereka ke depan laut yang dalamnya 800 meter. Namun Tuhan itu tidak berhenti menjaga kita, melihat kita, dan menyertai kita. Jam 3 pagi Yesus datang berjalan di atas air. Tuhan akan datang ketika kita memanggilnya (jam 3 pagi menggambarkan keputusasaan). Pada giliran jam 3 pagi Tuhan berkata pada Musa supaya ia mengulurkan tongkatnya untuk membelah air laut itu dan menguburkan orang mesir. Karena itulah mengapa Allah memberikan perintah supaya kita berseru pada pada masa kesesesakan dan Ia akan meluputkan kita. Tuhan bekerja pada waktu jaga malam. Jangan takut sebab pada malam hari kita akan melihat Tuhan.
Tuhan memang tidak menjanjikan perjalanan hidup yang mulus. Jalan Tuhan tidak gampang meskipun itu Tuhan yang menyuruhnya. Bukankah Tuhan yang menyuruh orang Israel keluar dari Mesir dan Dia pula yang menyuruh murid-murid-Nya menyeberang danau Galilea sebelum badai itu datang?
Jadi kita dapat belajar bahwa Allah mempedulikan kita meskipun itu kelihatannya kecil. Karena itu mari ingat lagi hal-hal yang kita anggap kecil dan hal-hal yang sederhana dalam hidup kita yang membuktikan pemeliharaan Tuhan dalam hidup kita. Dan Dia berkuasa untuk melakukan hal-hal yang kita tidak duga

Pdt. Dr. Timotius Arifin T., DPM                                   
Jun 18,2014